Judul tulisan ini teramat panjang bagi saya dan sepertinya terlalu emosional. Tapi saya benar-benar usai mengalami penipuan dan sangat berharap tidak lagi ada yang mengalami kejadian serupa. *pasang muka melas*
Selama ini, saya dan teman-teman begitu sering mendengar dan hampir mengalami kejadian penipuan yang berujung pentransferan uang ke nomer rekening penipu. Penipuan yang dilakukan dengan teramat sederhana melalui benda bernama handphone. Baik itu melalui pesan singkat maupun telpon secara langsung.
Penipuan itu dibuat dalam berbagai macam taktik dan kronologi. Biasanya berupa sms menang undian, sms permintaan pulsa, sms transaksi jual beli sesuatu, sms perintah langsung mentransfer uang ke nomer yang disebut, bahkan yang konyol adalah sms nomer togel. Ya salam! Gila saja. Selain sms, penipu juga tak segan langsung menelepon. Modusnya yang paling sering saya dengar adalah kabar keluarga kecelakaan yang meminta korban mentransfer uang sekian ke penipu. Biasa pura-pura keluarga korban yang sedang kecelakaan itu kondisinya kritis sehingga harus segera dilakukan operasi. Kalau tidak, yang kecelakaan itu bisa meninggal. Hanya saja syaratnya harus mentransfer uang terlebih dahulu. Dugaan saya, si penipu saat beraksi di jalur nirkabel itu juga menggunakan semacam hipnotis sehingga korban bisa begitu menurut pada penipu.
Korban penipuan seperti itu telah menimpa beberapa orang di sekitar saya. Teman di tempat saya bekerja sementara ini pernah jadi korban. Dia terpaksa ganti rekening karena saat gajinya masuk, langsung tersedot ke penipu. Kakak dari teman baik saya juga sudah mengalaminya dan terpaksa mentransfer sekian juta. Kakak dari tetangga samping rumah saya, terlanjur mengirim 25 juta. Saya sendiri telah mengalaminya dan yang akan saya ceritakan ini adalah yang kedua. Jadi jangan sampai Anda yang berikutnya.
Hari itu Sabtu, 8 Maret 2014. Pagi-pagi bangun tidur saya mendapat sms seperti gambar di bawah.
Biasanya, saya langsung delete sms-sms ora genah tentang menang hadiah dan sejenisnya. Paling cuma dongkol dan langsung mendelete tanpa ampun. Tapi entah kenapa pagi itu saya agak penasaran dengan link yang berakhiran [dot]com. Saya coba klik link yang diberikan. Silahkan Anda coba. Link itu nampak sangat meyakinkan. Lalu saya cocokkan nomer pin saya dengan nomer pin para pemenang. Dan Anda tahu? Saya memenangkan 25 juta dan pulsa 1 juta rupiah.
Saya mulai galau. Antara percaya dan tidak. Saya kembali mengunjungi link yang dikasih. Saya baca lagi berulang. Saya mulai berhitung tentang keadaan. Keteguhan hati saya selama ini pun mulai goyah. Sayang sekali jika saya menyia-nyiakan uang itu.
Lalu saya pun mencoba menghubungi nomer yang tertera di web tersebut. Ini nomernya :085311706444. Berhati-hatilah dengan nomer tersebut. Saya menelpon menggunakan nomer hp ibu saya. Telpon diangkat. Saya tanya untuk memastikan bahwa ini bukan penipuan. Si penipu di seberang menjawab bahwa mereka adalah perusahaan resmi bernama MKIOS dan hal ini bukanlah penipuan. Dia pun tidak mau melayani pertanyaan saya selanjutnya dengan alasan nomer yang saya gunakan bukan nomer pemenang. Nah, dari sini! Saya mulai berfikir bahwa ini benar-benar saya sedang menang undian. Meskipun sebetulnya, dari suara yang terdengar, sudah ada perasaan tidak enak di hati saya. Tapi saya mengabaikan bisikan alam tersebut.
Akhirnya saya memutuskan untuk mengisi pulsa nomer Simpati saya yang katanya menang itu. Oh ya, setelah telpon itu saya memberi tahu kedua orang tua. Jika benar saya mendapatkan hadiah tersebut, uang itu akan diperuntukkan umroh bagi kedua orang tua saya. Sisanya kan bisa patungan dari anak-anak mereka. Orang tua saya jelas SEMPAT SENANG SEJENAK terbayang umroh tersebut. Yaa, dalam hal ini setidaknya itu menjadi hikmah bagi kami lantaran sempat bahagia sejenak.
Pulsa simpati saya hanya tersisa 916 rupiah. Saya pun mengisi ulang. Proses pengisian pulsa saya rupanya tidak lancar. Lama sekali tidak masuk. Dan saya masih sempat-sempatnya sms ke penipu kalau saya isi pulsa dulu karena pulsa limit dan mengucapkan terima kasih atas hadiah itu. (yaelah? Siapa yang bego ya?)
Sambil menunggu pulsa masuk, saya kembali berhitung. Jika rejeki nggak akan kemana. Tapi jika ini adalah penipuan, saya akan memaknainya sebagai rangkaian takdir. Karena kan saya musti riwa-riwi mengurus sesuatu yang teramat tidak penting dan itu menyebalkan. Padahal rencananya kan Sabtu itu saya mau ke pantai. -_-‘
Jadi saya ambil positifnya saja. Pasti ada hikmah di balik setiap peristiwa. Misal saja, kita musti bolak-balik ke rumah karena ada saja yang tertinggal. Pas di jalan, ada pengendara motor yang standartnya lupa dinaikkan. Kita melihatnya lalu berteriak memberitahu beliau. Selamat lah beliau dari kemungkinan kecelakaan. Itulah rangkaian takdir yang saya maksud. Ternyata kita bolak-balik guna ‘menyelamatkan’ nyawa seseorang.
Kok jadi ngomongin rangkaian takdir? Kita kembali soal penipuan. Pulsa saya masuk dan segera saya daftar TM. Lalu saya menelpon si penipu. Dia mengucapkan selamat dan menyampaikan prosedur pengiriman hadiah. Karena saya mendapat uang tunai, uang bisa langsung ditransfer ke rekening saya. Si penipu meminta saya mengirim nomer rekening melalui sms setelah itu dia minta saya menelponnya kembali.
Segera saya telpon kakak saya untuk meminjam nomer rekening yang SALDONYA PALING SEDIKIT.
Lantas saya mengirim sms nomer rekening kakak saya ke penipu. Lalu saya pun segera menghubunginya kembali. Di percakapan ini dia memastikan soal nomer rekening dan bilang kalau saya harus meneleponnya lagi tujuh menit kemudian. Kenapa? Karena dia butuh waktu untuk mentransfer uang tersebut. Nanti untuk pengambilannya, saya harus ke ATM untuk menarik uang tersebut sesuai dengan prosedur yang dia tetapkan. Sampai sini, saya sudah lemas. Kok pakai bimbingan-bimbingan segala? Rasanya ini lebih terarah ke penipuan. Tapi saya masih belum sadar juga. Malah saya tanya ke penipu, kalau misal saya telponnya lebih dari tujuh menit apakah tidak berpengaruh? (Haduh ini sih yang kebangetan siapa ya!)Tujuh menit kemudian saya kembali menelponnya. Dia bilang katanya hadiah saya sudah ditransfer. Tapi saya tidak bisa menariknya karena itu masih di-password. Jadi saya harus ke ATM dan melalui bimbingan darinya. Kenapa seperti itu? Katanya karena mereka juga berhati-hati dari unsur penipuan. Mana ada coba penarikan rekening yang dipassword? Kayaknya saya jadi manusia paling bego waktu itu. Saya masih saja percaya. *teplojidat*
Karena ATM sedang dibawa kakak saya yang mengajar, saya pun minta waktu untuk ke ATM nanti siang jam 1.
Sekitar jam setengah 1 lewat, saya bersama kakak sudah di ATM. Kami cek saldo dan tidak ada perubahan. Seharusnya dari sini kami sadar kalau ini adalah penipuan. Logikanya kalau memang uang tadi sudah ditransfer, pastilah saldo rekening kakak saya sudah bertambah. Hanya masalah penarikannya saja yang kami harus tunggu ‘bimbingan’. Tapi kok ya? Saya mengabaikan pemikiran sadar saya itu. Saya kemudian menelpon si penipu. Sepuluh kali tidak diangkat. Kami pun pulang saja. Saya sempat makan, tidur, dan sholat sebelum kembali ke ATM sekitar pukul 13:30.
Saya telpon si penipu lagi. Diangkat. Dia tanya posisi saya di ATM mana. Lalu dimulailah ‘acara inti’.
Dia meminta saya membacakan saldo.
Saya protes, apakah tidak masalah?
Dia jawab : ini untuk mengetahui saldo awal dan memastikan apakah sudah ditransfer atau belum.
Saya manut. Saya baca. Empat lima enam [jeda] empat satu delapan.
Si penipu sepertinya khusuk mendengarkan dan bilang : ‘lanjut’ ketika saya berhenti.
Saya bilang : sudah pak!
Terdengar nada kecewa di seberang.
Dia meminta saya mengulang. Saya manut lagi. Dia lalu suruh saya baca dalam rupiah, saya masih saja nurut. Selanjutnya dia meminta saya menekan menu ‘pembayaran’. Saya protes : Lho pak? Kok pakai pembayaran?!
Dia jawab: ini untuk menggandakan pulsa saya yang mau dapat satu juta itu.
Saya pastikan ini bukan untuk penipuan. Dan dia bilang buat apa menipu, dia tidak sanggup berurusan dengan hukum. Saya bisa melacaknya melalui website yang ada itu, katanya.
Saya manut lagi. Saya disuruh mengirim 300 ribu ke nomer hp dia.
Saya protes lagi. Karena nominal 300 ribu itu kan di bawah saldo kakak saya.
Dia mencoba meyakinkan saya bahwa uang 400 ribu tidak ada artinya buat dia dan tidak sesuai dengan hukuman dengan yang akan dia terima.
Saya masih protes lagi. Kenapa nggak 50 ribu saja?
Dia sudah mulai jengkel. Nadanya sudah mulai mengancam. Bahwa saya harus ikuti prosedur kalau mau uang itu cair.
Saya protes lagi, “Pak, pulsanya nggak usah aja nggak papa. Saya jarang butuh pulsa kok. Apalagi yang simpati. Buat bapak aja pulsanya. Sekarang kirim aja uang dua puluh lima juta-nya.”
Sepertinya si penipu frustasi. Dia terus memerintah dengan nada mengancam. Di sini saya perang batin. Kalau ini bukan penipuan, operator tidak akan mengancam. Bahasanya akan lebih sopan. Di sisi lain, ada taruhan yang saya pertimbangkan. Sempat muncul pikiran ‘ah kehilangan 300 ribu nggak apa lah, dari harus kehilangan peluang 25 juta.’
Saya galau. Si penipu sudah hembring di seberang. Dia terus mengancam dan menekan mental saya.
Saya pun pura-pura teriak : Halo pak! Halo pak! Tadi putus-putus!
Si penipu tambah ngomel. “Ibu pura-pura kan? Kami tahu Ibu sedang pura-pura! Kami mengawasi Ibu.”
Saya diamkan lagi dan si penipu makin mengomel. Waduh kok gini. Saya mantap tidak akan menekan angka 300 ribu di layar ATM.
Lalu pulanglah saya dan kakak dengan kaki lemas. Karena usai tertipu. Lebih lagi karena diomelin si penipu tengik itu. Pun bisa juga, saya tadi sudah kena hipnotis, jadi sekarang efek itu baru lepas.
Ya begitu lah. Kalau bukan atas perlindungan Allah, kami akan mengalami kerugian finansial karena si penipu sialan itu. Bukan masalah nominalnya. Tapi kasus penipuan itu sendiri. Dengan begini, saya punya pengalaman untuk kedua kalinya. Mereka begitu apa ya istilahnya untuk menggambarkan kejahatan mereka ini. Korban mereka sudah banyak. Jadi, waspadalah! Dapat sms menang apa pun jangan pernah Anda pedulikan. Dan jangan juga niat iseng mengerjai mereka. Karena bisa jadi Anda kena hipnotis. Serta tiap kali mengangkat nomer tidak dikenal, jangan lupa baca ta’awuz dan basmallah. Jangan lupa selalu berdoa memohon perlindungan kepada Allah.
Oh ya. Penjahat seperti ini baiknya diapakan ya? Sudah banyak korban. Tapi saya belum pernah dengar berita komplotan ini ditangkap polisi. Kira-kira kejahatan seperti ini masuk katagori cybercrime tidak? Sejauh ini saya belum punya ide menarik untuk ‘berbuat benar’ pada penipu-penipu tengik itu.
0 Response to "Saya Kena Tipu! Anda Jangan Jadi Yang Berikutnya!"
Posting Komentar