Bagiin-fo.blogspot.co.id - Malang bukan kota pendidikan lagi. Yang paling pas, Malang itu "Kota Parkir". Hampir seluruh jalanan di kota yang mulai macet ini, menjadi lahan parkir.
Bahkan, tarif parkir untuk sepeda motor naik 100 persen, dari 1.000 menjadi 2.000. Belum lagi yang pakai sistem waktu, tiap jam bisa tambah 1.000 lagi.
Jadi, tidak heran jika bisnis parkir menjadi lahan favorit paling menggiurkan sehingga diperebutkan. Tak jarang sampai bertengkar. Memang enak. Pemilik lahan yang kaya dan berkuasa cukup beli lokasi dan sedia anak buah. Jukir hanya bermodal rompi dan peluit. Lalu, "Kiri, Kanan, Stop, Terus, Priit..." sudah dapat duit. Apa alasan pemerintah kota Malang menaikkan tarif parkir? Ini yang menjadi pertanyaan warga.
Menurut jukir, karena setoran naik. Entah yang dimaksud setoran ke bos pemilik lahan atau ke pihak pemkot. Wallahu A'lam. Yang jelas, jika alasannya untuk menaikkan pendapatan daerah, mestinya warga Malang harus tahu, selama ini apa sudah ada laporan ke publik tentang pendapatan pajak dari parkir? Jika pendapatan menurun, solusinya tidak harus menaikkan tarif parkir, tapi harus diselidiki dulu, boleh jadi banyak terjadi kebocoran. Yah, kebocoran. Pasalnya, karena banyak parkir yang tanpa karcis resmi dari pemerintah. Jika pun ada, yang terjadi di lapangan adalah karcis bekas pakai. Tapi, yang paling banyak adalah yang tanpa karcis dan lahannya pun bukan lahan parkir resmi karena hampir di setiap toko, warung bahkan ATM pun ada parkirnya.
Ada usulan menarik, bagaimana jika pengendara motor bisa langsung beli karcis parkir ke pemerintah. Jadi, setiap dia parkir, cukup menyobek karcis sendiri lalu diserahkan ke jukir. Selanjutnya, jukir dan bosnya yang menyerahkan karcis tersebut ke pemerintah. Cara ini relatif lebih aman untuk mencegah kebocoran, sekaligus meminimalisir parkir liar. Jukir palsu yang membuka lahan parkir tidak resmi, jelas kelimpungan.
Sistem beli karcis langsung oleh pengendara motor/mobil ini, mungkin saja bisa dimanipulasi oleh jukir dan pemilik lahan. Namun, cara ini layak dicoba untuk menutup kebocoran, sekaligus memetakan mana lahan resmi yang setorannya masuk ke pemerintah dan mana lahan abal-abal untuk kantong pribadi. Perlu disadari, kenaikan tarif parkir 100 persen ini sangat mengejutkan sekaligus memberatkan. Penjual masakan di kampung saja untuk menaikkan harga mie rebus dari 2.000 ke 3.000 masih berpikir seribu kali, kuatir ditinggal konsumennya.
Sales yang menjajakan dagangan dari toko ke toko dan harus parkir berkali-kali, jelas laba bersihnya bisa habis dimakan uang parkir dan bensin. Sementara itu, jukir dan bos parkir, makin hari makin kaya dengan bisnis "uang datang sendiri". Dari tulisan ini, mewakili para pengendara motor, diharapkan pemerintah meninjau ulang tarif parkir, menata dulu lahan parkir resmi, mencari solusi paling efektif yang tidak merugikan banyak pihak, baik pemerintah, pemilik lahan, jukir dan yang terpenting konsumen (pengendara motor/mobil). Jika tidak, Malang benar-benar akan menjadi surga bagi dunia "parkir". Pepatah lama, "Dimana ada usaha, di situ ada jalan". Pepatah baru bagi juru parkir, "Dimana ada jalan, di situ ada usaha".
Penulis : Taufiq El-Rachman
0 Response to "Tarif Parkir di Malang Naik 100%, Ini Kritikan untuk Pemkot"
Posting Komentar