Nonton Film Gratis Subtitle Indonesia

Nonton Film Gratis Subtitle Indonesia
BotamMovie

Curhat Desakan Mundur, Fahri Dianggap Keluar dari Budaya PKS

Beritateratas.com - Fahri Hamzah buka-bukaan soal santernya desakan mundur dari sejumlah elite PKS. Memang bukan Fahri yang mulai, tapi curhat Fahri yang tak merasa nyaman dengan 'permainan' internal PKS adalah hal baru di partai dakwah itu.

"Dalam beberapa hari ini gonjang-ganjing permintaan pencopotan Fahri Hamzah sebagai ketua DPR makin santer. Pasalnya Fahri Hamzah membuat release khusus soal ini. Dalam catatan data dan analisis saya yang salah satunya fokus pada studi partai politik Islam, apa yang dilakukan Fahri Hamzah adalah sesuatu yang unik yang keluar dari garis edar budaya politik PKS," kata Ubedilah Badrun, pengamat politik UNJ  yang juga Direktur Puspol Indonesia, dalam siaran pers, Senin (11/1/2016).

Badrun menuturkan, PKS yang dikenal sebagai partai dakwah dan partai kader dipahami publik sebagai partai yang sangat kuat memegang fatsun politik untuk membungkus rapat rapat berbagai persoalan internal dengan manajemen konflik yang cerdas. Badrun mencatat selama 17 tahun terakhir ini satu-satunya partai yang tidak pecah adalah PKS.

"Apa yang dilakukan Fahri Hamzah terkait disebarkanya informasi kepada publik melalui media sosial twitter tentang  permintaan Ketua Majelus Syuro kepada dirinya untuk meletakkan jabatanya sebagai wakil ketua DPR dapat dicermati dengan dua perspektif. Pertama, dengan perspektif organisasi partai. Penilaian Fahri Hamzah tentang permintaan Salim Assegaf kepadanya sebagai permintaan pribadi itu bertentangan dengan nalar organisasi  partai," katanya.

"Bahwa seorang ketua Majelis Syuro ketika melakukan komunikasi personal terkait posisi politik kadernya itu tidak mungkin sebagai permintaan pribadi. Pada diri Salim Assegaf melekat posisi politik sebagai Ketua Majelis Syuro Partai. Dengan perspektif ini maka permintaan Salim Assegaf adalah permintaan representasi. Fahri Hamzah mestinya cerdas memahami ini. Saya kira jalan terbaiknya Fahri Hamzah perlu kembali menempatkan diri sebagai politisi negarawan yang taat pada azas organisasi partai," pendapatnya.

Kedua, dengan perspektif etika politik. Badrun mencermati apa yang terjadi hari-hari ini adalah akumulasi dari persoalan sopan santun atau etika komunikasi politik Fahri Hamzah yang dalam dua tahun terakhir ini mengganggu internal PKS. 

"Misalnya terkait kata "sinting!".  Sebagaimana diketahui publik melalui akun twitternya @fahrihamzah pada 27 Juni 2014 sekitar pukul 10.40 WIB berkicau "Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"  Selain kata "Sinting!", sejumlah pernyataan Fahri Hamzah lainya juga bermasalah secara etika komunikasi misalnya "KPK ngawur,  "bubarkan KPK",  " anggota DPR banyak yang rada-rada bloon", dan lain lain. Nampaknya para petinggi PKS menilai bahwa kata-kata tersebut tidak hanya kontraproduktif bagi perjalanan PKS, tetapi juga dinilai sebagai yang bertentangan dengan fatsun politik PKS," ungkap Badrun.

"Terkait Fahri Hamzah berkicau melalui twitter saya menilai itu upaya seorang politisi untuk membawa persoalanya ke area publik. Dengan langkah ini Fahri Hamzah nampaknya berharap mendapat simpati publik. Tentu ini sah-sah saja sebagai politisi, tetapi Fahri Hamzah nampaknya lupa bahwa nalar publik telah meninggalkan dirinya karena sejumlah ulah kontraversialnya," pungkasnya.

Lalu apakah Fahri yang melawan budaya PKS mampu bertahan di tengah desakan mundur dari kursi Wakil Ketua DPR?



Source: Detiknews

Related Posts :

0 Response to "Curhat Desakan Mundur, Fahri Dianggap Keluar dari Budaya PKS"

Posting Komentar